Mengenal Wajah Nganjuk di Usia 1.088 Tahun -->

Javatimes

Mengenal Wajah Nganjuk di Usia 1.088 Tahun

javatimesonline
10 April 2025

Candi Lor yang berada di Desa Candirejo Kecamatan Loceret (Foto: Istimewa)

NGANJUK, JAVATIMES -- Hari Jadi Nganjuk (HJN) diperingati setiap tanggal 10 April.


Pada tahun 2025 ini, Nganjuk merayakan hari jadinya yang ke-1088


Sepanjang perjalanannya hingga memasuki usia yang tidak muda lagi, Nganjuk sudah mencatatkan banyak sejarah.


Bahkan Nganjuk terus tumbuh menjadi daerah yang kaya akan budaya, alam, dan inovasi masyarakatnya.


Sehingga karena memiliki banyak potensi yang tidak dimiliki oleh daerah lain, Nganjuk ini memiliki banyak julukan. 


Mulai dari Kota Angin, Anjuk Ladang atau Tanah Kemenangan, hingga Kota Brambang (Bawang Merah).


Kota Angin

Alasan Nganjuk dijuluki Kota Angin ini tak lepas dari posisi geografisnya yang berada diantara dua gunung, yakni Gunung Wilis dan Gunung Arjuno.


Hal ini mengakibatkan hembusan angin yang menerpa kota ini sangat kencang. Apalagi pada musim pancaroba saat peralihan dari musim hujan ke musim kemarau maupun sebaliknya.


Anjuk Ladang

Sementara julukan Anjuk Ladang atau Tanah Kemenangan ini berasal dari sejarah Nganjuk pada masa Kerajaan Medang. 


Pada abad ke-10, terjadi serangan Kerajaan Sriwijaya ke beberapa kerajaan di Pulau Jawa. Dengan kemampuan yang dimiliki saat itu, ternyata Kerajaan Medang mampu menghalau serangan Kerajaan Sriwijaya tersebut di sekitar wilayah yang saat ini dikenal dengan Kabupaten Nganjuk.


Oleh Kerajaan Medang, Kota Nganjuk dikenal sebagai Anjuk Ladang-dalam bahasa Jawa Kuno berarti Tanah Kemenangan. 


Nama ini terus dikenalkan kepada khalayak umum untuk menunjukkan pentingnya sejarah Nganjuk kala itu.


Kota Brambang

Pemberian nama Kota Brambang ini tentu bukan sembarangan. Melainkan memiliki dasar yang kuat, di mana Nganjuk nerupakan penghasil bawang merah terbesar di Jawa Timur. Bahkan produksi bawang merah selama dua tahun terakhir mengalami kenaikan.


Pada tahun 2023, produksi bawang merah atau brambang Nganjuk sebesar 183.757,85 ton. Sementara pada tahun 2024, produksi brambang mencapai 205.591,20 kuintal. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 11,9 persen.


Varietas brambang yang ditanam di wilayah Nganjuk pun bermacam-macam, mulai dari Philip, Pancasona, Katumi, Trisula, Bauji, dan Tajuk.


Selain varietasnya bermacam-macam, wilayah penghasil bawang merah di Kabupaten Nganjuk ini pun juga menyebar di berbagai kecamatan, mulai dari Rejoso, Bagor, Wilangan, Sukomoro, hingga Gondang.


Kota Sentra Industri Kok

Selain julukan yang disebut di atas, Nganjuk juga memiliki sebutan unik lainnya yakni Kota Sentra Industri Kok (Shuttlecock).


Julukan ini cukup beralasan karena sejauh ini Nganjuk telah memiliki 63 industri kecil dan 283 industri kerajinan rumah tangga yang berfokus pada pembuatan kok.


Terlebih, kok asal Nganjuk ini juga telah menembus pasar internasional, mulai dari Malaysia, Singapura, China, dan Jepang.


Sentra industri kok di Nganjuk ini berada di Desa Sumengko, Kecamatan Sukomoro.


Di DesaSumengko, tradisi membuat kok telah diwariskan turun-temurun sejak tahun 1970an. Keahlian ini menjadi mata pencaharian utama bagi mayoritas penduduk desa setempat.


Surga Wisata

Tak kalah unik dengan sejumlah julukan yang melekat pada daerah yang memiliki luas wilayah 122.433 kilometer persegi, Kabupaten Nganjuk rupanya juga memiliki beragam destinasi wisata menarik, terutama dari segi potensi alamnya.


Sejumlah potensi wisata unggulan Nganjuk diantaranya Air Terjun Sedudo, Air Terjun Singokromo, Air Terjun Roro Kuning.


Selain wisata di atas, Nganjuk juga memiliki wisata lain yang tak kalah mengagumkan, diantaranya Jolotundo Edupark, Bukit Surga, Watu Lawang, Pura Kerta Bhuwana, hingga Candi Lor.


Dari Air Terjun Sedudo hingga Candi Lor yang sarat akan sejarah, di tiap-tiap tempat wisata daerah ini memiliki cerita yang menarik untuk dieksplorasi.


Kuliner yang Memanjakan Lidah

Selain wisata alam dan sejarah, daerah berpenduduk lebih dari 1,15 juta jiwa ini juga siap memanjakan pecinta kuliner dengan cita rasa khas yang sulit ditemukan di daerah lain. Diantaranya adalah nasi becek, dumbleg, asem-asem kambing, krupuk pecel, dan sate kenul.


Tak ayal dengan beragam potensi yang dimiliki Nganjuk, pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut pun kian meningkat. Hal tersebut sebagaimana disampaikan Bupati Nganjuk, Marhaen Djumadi.

Ekonomi Nganjuk tumbuh 4,93 persen, pendapatan per kapita tembus Rp 2,5 juta per bulan, dan pengangguran turun jadi 3 persen, kata Kang Marhaen-sapaan akrab Bupati Nganjuk kepada Javatimes, Kamis (10/4/2025).


Meski ekonomi Nganjuk semakin tumbuh, namun Kang Marhaen tidak ingin berpuas diri. Di usia Nganjuk yang sudah menginjak 1.088 ini, Kang Marhaen mengajak seluruh elemen masyarakat dan berbagai pihak untuk berkolaborasi demi mewujudkan Nganjuk melesat.

Dulu kita punya slogan 'Nganjuk Bangkit', kini saatnya kita gaspol untuk 'Nganjuk Melesat' menuju kabupaten yang lebih maju dan masyarakatnya semakin sejahtera, pungkas Kang Marhen.



(Andika)