Sejumlah Fakta Pemuda Asal Nganjuk Diduga Dikeroyok Oknum Pesilat di Jombang -->

dprd nganjuk

dprd nganjuk

Javatimes

Sejumlah Fakta Pemuda Asal Nganjuk Diduga Dikeroyok Oknum Pesilat di Jombang

javatimesonline
10 Februari 2025

Dhadhung Saputra (kaus hitam) didampingi orang tuanya saat menceritakan insiden pengeroyokan di Kecamatan Perak, Jombang

JOMBANG JAVATIMES -- Seorang pemuda asal Kecamatan Lengkong, Kabupaten Nganjuk bernama Dhadhung Saputra (20) melaporkan sejumlah pemuda ke Polsek Perak, Jombang. 


Laporan itu dibuat karena Dhadhung merasa telah dikeroyok hingga mengalami luka-luka. 


Berikut sederet fakta mengenai kasus ini:


Awal Mula Dugaan Pengeroyokan

Peristiwa nahas yang dialami Dhadung bermula saat dirinya bersama dengan dua rekannya hendak pulang usai mengunjungi saudara rekannya di sekitar Pondok Gadingmangu, Perak.


Saat di tengah perjalanan, BBM kendaraan Dhadhung mau habis, sehingga dia menuju ke SPBU Perak. 

Awalnya sekitar pukul 07.30 WIB, saya ke pom Perak sama teman saya, berhenti untuk mengisi bensin, kata Dhadhung saat diwawancarai, Senin (10/2/2025). 


Saat antre BBM, Dhadhung sendirian, sementara dua rekannya menunggu di pintu keluar SPBU. 

Waktu mengisi bensin dua teman saya menunggu di pintu keluar pom, sebelah barat, lanjutnya. 


Setelah selesai mengantre, ia berniat pulang, menghampiri dua rekannya itu. 


Sayangnya saat hendak menuju ke lokasi temannya, tiba-tiba datang segerombolan pemuda sedang konvoi. 


Diduga Rombongan Pesilat

Diakui Dhadhung, dalam rombongan yang melakukan konvoi itu ada yang mengendarai motor, ada pula yang mengendarai mobil. 


Rombongan konvoi itu diduga sekelompok pesilat yang melaju dari arah timur ke barat. 

Saya mengantre, setelah selesai saya nyamperin teman saya, ternyata ada rombongan konvoi di jalan raya dari timur ke barat, terang korban. 


Mengaku Dikeroyok Tanpa Alasan

Tanpa ada alasan yang jelas, rombongan konvoi itu tiba-tiba menyebrang jalan dan mendatangi Dhadhung dan langsung melakukan penyerangan.

Tiba-tiba gerombolan itu langsung nyebrang dan menggeruduk saya, tanpa alasan langsung menyerang, ungkapnya. 


Atas insiden itu, Dhadhung mengaku kaget dan heran. Terlebih dia tidak memiliki persoalan dengan kelompok itu. 


Bahkan, diakui Dhadhung, dirinya saat berada di lokasi juga tidak menggunakan atribut perguruan silat manapun. Dia hanya memakai jaket berwarna hitam. 

Saya juga tidak memakai atribut apapun, sama sekali, tapi tiba-tiba dikeroyok tanpa alasan, terangnya. 


Diduga Ada yang Memprovokasi 

Seingat Dhadhung, peristiwa pengeroyokan yang dialaminya terjadi ketika ada salah satu orang bagian dari rombongan berteriak dengan nada provokatif.

Sebelum mereka mengeroyok dari kejauhan ada bagian dari mereka teriak-teriak PSHT, IKS, gitu, tapi waktu mereka mendekat tidak tanya apa-apa langsung menyerang, langsung memegangi saya dan menyerang, beber dia. 


20 Orang Diduga Terlibat Pengeroyokan 

Dhadhung menyebut, dia sama sekali tidak mengenal para pelaku. 

Saya tidak ada yang kenal dengan orang yang mengeroyok, ada sekitar lebih dari 20 orang, ujarnya. 


20 orang itu memukuli saya semua, dikeroyok, imbuhnya. 


Tangan Kosong dan Helm

Meski tidak mengenal para terduga pelaku, namun ia masih ingat betul bahwa dirinya dihajar bertubi-tubi tanpa alasan yang jelas, baik dengan tangan kosong maupun dengan helm. 


Bahkan saat Dhadhung sudah tersungkur tak berdaya, ia masih ditendang dan dinjak-injak. 

Selain memukul pakai tangan kosong, saya dipukul pakai helm dan saya ditendang juga, kata Dhadhung. 


Saya jatuh tersungkur masih dinjak-injak, saya lebam bagian bahu punggung sama kaki, sambungnya. 


Selamat Karena Memakai Helm

Saat kejadian pengeroyokan itu, Dhadhung menceritakan bahwa ia masih menggunakan helm, sehingga ia masih bisa selamat.


Namun karena pukulan bertubi-tubi itu, helmnya sampai pecah. Bahkan, saking brutalnya pukulan dan tendangan membuat helm Dhadhung lepas, padahal ada pengait yang kuat. 

Syukur saya awalnya memakai helm saat dipukul, namun helm saya dipaksa ditarik hingga lepas, helm saya dipukul sampai kacanya pecah, saya sempat mempertahankan helm di kepala saya sebelum akhirnya lepas karena ditarik banyak orang, saya jatuh tetap diinjak-injak, jelas dia. 


Dua Temannya Melarikan Diri 

Dugaan pengeroyokan yang dilakukan oleh puluhan orang itu hanya menyasar pada Dhadhung. Sebab, dua rekannya yang masih duduk di bangku sekolah ini berhasil melarikan diri. 

Dua teman saya lari, yang teman saya satunya sempat ditendang satu kali hingga jatuh namun langsung lari, berhasil lari, ujar dia. 


Ditolong Petugas SPBU dan Warga

Pasca dugaan pengeroyokan tak manusiasi itu, akhirnya Dhadhung dibantu pegawai SPBU dan warga sekitar untuk membubarkan kerumunan dan mengantarkan Dhadhung ke kantor polisi. 

Selang dua menit saya dikeroyok ada pegawai pom sama warga sekitar melerai, hingga pengeroyok pergi, ungkap dia. 


Saya langsung laporan ke polsek setelah kejadian itu, saya diantar warga sekitar, dibantu orang Perak, lanjut dia. 


Minta Pelaku Diadili 

Korban sudah menerima surat tanda terima laporan dengan nomor STPL/06/II/2025/SPKT/POLSEK PERAK/POLRES JOMBANG/POLDA JAWA TIMUR, Minggu (9/2/2025),

Saya laporan dan langsung visum ke RSUD Jombang, sambungnya lagi. 


Proses laporan kejadian itu dilakukan Dhadhung hingga malam hari, dengan didampingi orang tuanya, Dhadhung mendatangi Polres Jombang malam. 

Saya akhirnya disuruh ke Polres Jombang sekitar pukul 19.30 WIB, kajadian pengeroyokannya pagi, prosesnya saya sampai malam, ungkapnya. 


Korban ingin melanjutkan kasus ini hingga benar-benar pelaku diadili. Hal yang paling tidak masuk akal bagi dia adalah tiba-tiba dikeroyok secara brutal padahal dia tidak tahu apa-apa. 

Saya ingin kasus ini tetap lanjut, karena saya tidak tahu apa-apa, tiba-tiba disamperin dan langsung dikeroyok, tandas dia. 


Orang Tua Korban Ogah Berdamai

Siswanto (55), ayah korban meminta aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas kasus ini. 


Apapun alasannya, ia tidak mau berdamai dengan para pelaku. Tidak ada kata ganti rugi. 

Saya inginkan kasus ini diusut sampai tuntas tidak ada deal-dealan, lontarnya. 


Artinya tidak ada negosiasi untuk damai, sambung dia. 


Alasan Siswanto enggan berdamai adalah agar kasus serupa tidak terulang. 

Ini harus lanjut untuk pembelajaran yang lainnya, agar tidak diulang lagi, tegasnya. 


Terlebih, kata dia adanya konvoi dengan aksi anarkis yang dilakukan oleh oknum pesilat sering membuat warga was-was. Ketika kasus serupa berakhir dengan damai, hal itu dinilai menjadi potensi kasus serupa akan terulang. 

Ya harus lanjut, sampai persidangan. Karena ini menjadikan warga was-was, harus ditindak tegas, oknum-oknum yang menggangu kamtibmas harus ditindak tegas, kata Siswanto ditemui, Senin (10/2/2025). 


Dia menyebut, kasus pengeroyokan yang terjadi agar terus diusut sampai ke akar. Ayah korban mengatakan, 1 orang dikeroyok 20 orang dengan alasan tidak jelas merupakan perilaku yang tidak manusiawi. 

Ini tidak manusiawi, anak saya dari pondok gadingmangu, isi bensin di SPBU tiba-tiba dikeroyok, terangnya. 


Ibu Korban Menangis Melihat Video Anaknya Dihajar Puluhan Orang

Senada diungkapkan Ibu korban, Sugiarti (42), ia juga enggan berdamai dengan para pelaku. 


Sembari meneteskan air mata, ia mengaku sedih melihat anaknya dikeroyok puluhan orang. 

Saya menangis, melihat video anak saya dikeroyok, saya tahunya dari media sosial, saya nangis, keluhnya. 


Kesaksian Sugiarti, anaknya dikenal dengan anak yang pendiam dan nurut orang tua. 

Anak saya tidak pernah neko-neko, kok bisa sampai dihajar kayak gitu, ya Allah, blai slamet, tandasnya. 


Polisi Buru Pelaku

Kasi Humas Polres Jombang AKP Kasnasin membenarkan pihaknya telah menerima laporan korban kasus itu. 


Saat ini proses penyelidikan masih terus berjalan dan memburu para pelaku. 

Kami akan menindak tegas pelaku pengeroyokan ini sesuai hukum yang berlaku, katanya dikonfirmasi, Senin (10/2/2025).


Kasus ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. 

Tindakan kekerasan seperti ini tidak dapat dibiarkan dan harus ditindak tegas sesuai dengan hukum yang berlaku, tandasnya. 




(Gading)