Digigit Ular Welang, Warga Asal Nganjuk Selamat usai Jalani Perawatan Intensif di RSD Kertosono -->

dprd nganjuk

dprd nganjuk

Javatimes

Digigit Ular Welang, Warga Asal Nganjuk Selamat usai Jalani Perawatan Intensif di RSD Kertosono

javatimesonline
20 Februari 2025

Ular welang yang menggigit korban

NGANJUK, JAVATIMES -- Sebuah insiden menakutkan terjadi di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, di mana seorang warga mengalami gigitan ular bungarus fasciatus atau welang.


Peristiwa gigitan ular itu dirasakan korban secara tiba-tiba saat ia sedang beristirahat di kediamannya.


Tak lama setelah digigit ular, kondisi korban mulai terkulai lemas. Bahkan kondisi kesadarannya mulai menurun.


Atas kondisi itu, lantas keluarganya langsung membawa korban ke Rumah Sakit Daerah (RSD) Kertosono.

Pasien masuk ke RSD Kertosono pada hari Minggu (12/1/2025) dengan kondisi tak sadarkan diri, kata Direktur RSD Kertortoso, dr. Suharyono, Kamis (20/2/2025).


Melihat kondisi pasien yang semakin kritis, lantas petugas medis RSD Kertosono melakukan upaya penanganan serius dengan memindahkan ke ruang  ICU (Intensive Care Unit).


Saat itu korban langsung ditangani dan dipantau oleh dr. R. Imam Muhajirin, Sp.B (spesialis bedah), dr. Fajar Noviyanto, Sp.An, M.Kes (spesialis anestesi), dan dr. Ricky Dany Agus Wicaksono, Sp.N (spesialis neurologi).


Kala itu, pasien membutuhkan obat antibisa ular. Sayangnya obat tersebut tidak tersedia di RSD Kertosono dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Nganjuk. 

Karena tidak tersedia, RSD Kertosono berkomunikasi dengan Dinkes Kabupaten Nganjuk dan memohon izin untuk konsultasi dengan Dr. dr. Tri Maharani, M.Si, Sp.EM, beber dr. Suharyono.


Diketahui, Dr. dr. Tri Maharani, M.Si, Sp.EM merupakan satu-satunya dokter spesialis toksikologi ular berbisa di Indonesia.  

Atas petunjuk dari Dr. dr. Tri Maharani, M.Si, Sp.EM, tim dari IGD dan ICU RSD Kertosono mengambil obat antibisa secara berkala di Dinkes Provinsi Jawa Timur. Tindakan pengambilan antibisa dilakukan dengan cepat mengingat kondisi pasien yang harus segera diberikan obat tersebut untuk menyelamatkan nyawanya, urai dr. Suharyono.

Pasien saat menjalani rawat inap di RSD Kertosono

Selanjutnya pasien mendapatkan perawatan intensif dengan obat antibisa Neuropoly Valent Snake Antivenin di ruang ICU RSD Kertosono. 


Selama perawatan intensif, pasien beberapa kali mengalami kejang dan kondisi yang sempat menurun. Namun tenaga kesehatan di RSD Kertosono terus berupaya untuk menyelamatkan pasien dengan memberikan obat antibisa. 


Selama itu juga dilakukan tindakan trakeostomi atau tindakan pembedahan untuk membuat lubang di trakea atau batang tenggorokan agar dapat dipasang tabung pernapasan. 


Pemberian obat ini dengan pengawasan dari dokter spesialis RSD Kertosono dan juga arahan dari Dr. dr. Tri Maharani, M.Si, Sp.EM. 

Sebanyak 11 vial obat antibisa diberikan kepada pasien selama perawatan di ICU. Selama dirawat di ICU RSD Kertosono kondisi pasien semakin hari terus membaik, ucap dr. Suharyono.


Setelah perawatan intensif selama 12 hari di Ruang ICU RSD Kertosono, pasien akhirnya dipindahkan ke ruang rawat inap bougenville karena menunjukan tanda-tanda perubahan yang lebih baik. 


Kesadaran pasien kian hari pun mulai membaik, namun tetap dengan alat bantuan pernafasan dan terus dalam pengawasan dokter spesialis bedah RSD Kertosono, dr. R. Imam Muhajirin, Sp.B. 

Pada tanggal 5 Februari 2025, alat trakeostomi sudah dilepaskan dari pasien dan kondisi pasien tinggal menunggu pemulihan. Pada tanggal 7 Februari pasien sudah diperbolehkan pulang dengan catatan masih menjalani kontrol di poli rawat jalan RSD Kertosono, tandas dr. Suharyono.

 

Pada kebanyakan kasus, pasien dengan gigitan ular welang, kondisi nyawanya banyak yang tidak terselamatkan. 


Keberhasilan RSD Kertosono menangani pasien ini pun mendapatkan apresiasi dari anggota DPRD Kabupaten Nganjuk, yakni Hj. Ratna Wulandari (anggota Komisi II DPRD Kabupaten Nganjuk) dan M. Fauzi Irwana, S.E (wakil ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Nganjuk).

  



(Tim)