Orang Tua Siswa SMKN 1 Tanjunganom Ungkap Dugaan Pungli, Kepala Sekolah Bungkam? -->
Kamis, 23 Januari 2025

BPN

BPN

Javatimes

Orang Tua Siswa SMKN 1 Tanjunganom Ungkap Dugaan Pungli, Kepala Sekolah Bungkam?

javatimesonline
15 Januari 2025

Tampak depan SMKN 1 Tanjunganom, Nganjuk

NGANJUK, JAVATIMES -- Akhir-akhir ini pendidikan di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, sedang dilanda kabar yang tidak baik. Pasalnya, sejumlah orang tua siswa dari berbagai sekolah mengeluhkan iuran rutin dengan dalih uang sumbangan atau amal jariyah.


Keluhan itu salah satunya disampaikan orang tua siswa SMKN 1 Tanjunganom bernama Sudarmi (bukan nama sebenarnya).


Tabungan dan Jariyah

Sudarmi yang merupakan orang tua siswa kelas XI SMKN 1 Tanjunganom ini mengaku bahwa setiap bulan diminta untuk membayar Rp 125.000 ke pihak sekolah. 


Nominal itu, menurut pengakuan Sudarmi berlaku untuk seluruh siswa SMKN 1 Tanjunganom yang jumlahnya mencapai lebih dari 1.400 peserta didik. 


Rinciannya, kata Sudarmi, Rp 50.000 untuk tabungan dan sisanya sebagai amal jariyah.

Pihak sekolah ngomongnya untuk tabungan dan amal jariyah. Tapi kalau menurut saya itu bukan amal jariyah, karena nominalnya ditentukan, ucap Sudarmi saat dikonfirmasi Javatimes, Selasa (14/1/2025).


Ditagih

Terlebih, kata Sudarmi, uang itu rutin diminta setiap bulan. Bahkan jika tak mampu membayar, siswa hingga wali siswa terus diingatkan untuk segera membayar.

Wali kelas sering mengingatkan untuk segera membayar tanggungannya ketika menjelang ujian. Bahkan saat wali murid dikumpulkan, pihak sekolah juga sering menanyakan kapan akan dilunasi, beber Sudarmi. 


Tidak Tahu Kegunaannya

Di lain sisi, meskipun pihak sekolah terus meminta untuk membayar iuran rutin dengan dalih uang sumbangan atau amal jariyah, namun kata Sudarmi pihak sekolah tidak pernah menjelaskan kegunaan uang tersebut.

Saya sebagai orang tua tidak tahu uang itu untuk apa. Kemudian uang itu sekarang sudah terkumpul berapa dan berapa banyak yang sudah digunakan, saya juga tidak mengetahuinya. Karena memang setiap pertemuan tidak ada penjelasan terkait penggunaan anggaran itu, ungkap Sudarmi.


Parahnya, lanjut Sudarmi, uang yang katanya digunakan sebagai tabungan juga tidak diketahui kegunaannya.

Semestinya kalau memang ada tabungan, setiap ada kekurangan dari anak saya bisa diambilkan dari sana. Tapi ini malah sering diminta untuk membayar, mulai dari kegiatan dies natalis hingga sumbangan Agustusan, lanjut Sudarmi.


Bahkan, menurut pengakuan Sudarmi, saat ada studi kenal alam lingkungan (SKAL) atau yang biasa disebut study tour, wali murid masih diminta membayar utuh.

Ini kan aneh, mas. Padahal pihak sekolah menyampaikan bahwa dari Rp 125.000 itu, Rp 50.000 diantaranya merupakan uang tabungan. Harusnya kan tabungannya ada berapa, kemudian orang tua menambah kekurangannya, tapi ini tidak dilakukan, urai Sudarmi.

Seingat Sudarmi, uang tabungan siswa yang diminta dibayar setiap bulan itu, hanya bisa digunakan untuk membeli kalender. Itu pun tidak diketahui besaran harganya.

Kemarin anak saya dapat kalender, katanya pembayarannya diambilkan dari tabungan. Tapi tidak dijelaskan berapa harganya, dan berapa sisa tabungan anak saya, ungkap Sudarmi.


Nominal SKAL dan Uang Gedung

Sementara saat disinggung soal kegiatan SKAL, Sudarmi mengaku bahwa setiap wali murid diminta membayar Rp 1.650.000 dengan tujuan Bali.


Tak hanya itu saja, pada awal masuk sekolah, wali murid juga diminta untuk membayar Rp 1.650.000 dengan dalih uang pembangunan sekolah. Hanya saja, nominal itu hingga kini belum dibayarkan karena kondisi ekonominya terguncang.

Selain karena kondisi ekonomi, ada omongan dari salah satu guru di sana yang juga sebagai orang tua siswa agar uang gedung dibayarkan saat menjelang kelulusan, ucap wanita asal Kecamatan Tanjunganom.


Menurut pengakuan Sudarmi, guru itu memberikan saran agar membayar menjelang kelulusan untuk mengantisipasi kesalahan pencatatan.

Karena informasinya pernah ada kejadian yang sudah membayar, namun tidak tercatat. Apalagi setiap pembayaran tidak pernah diberi kuitansi, difoto juga tidak boleh. Siswa yang membayar hanya disuruh tanda tangan saja, tanpa diberi bukti pembayaran, tandas Sudarmi.


Ada Penolakan 

Merespon pengakuan orang tua siswa, kontributor Javatimes yang sedianya hendak mengonfirmasi terhadap Kepala SMKN 1 Tanjunganom mendapat penolakan dari pihak keamanan dan salah seorang anggota komite berinisal U.


Mereka menolak kedatangan kontributor Javatimes dengan dalih membatasi jumlah tamu. Padahal saat itu masih jam kerja dan tamu yang dimaksud telah meninggalkan lokasi.

Tidak bisa mas, kuotanya sudah penuh, ucap pihak keamanan dan U bergantian, Rabu (15/1/2025) pagi.


Tidak Merespon 

Sementara itu, Kepala SMKN 1 Tanjunganom, Harbudi Susilo, yang dikonfirmasi melalui pesan WhatsAppnya tidak memberikan jawaban. Dihubungi melalui nomor WhatsAppnya juga tidak merespon.




(AWA)