Pilbup Nganjuk 2024 Antara Ambisi, Idealisme, Fanatisme, atau Kemajuan Demokrasi -->

Javatimes

Pilbup Nganjuk 2024 Antara Ambisi, Idealisme, Fanatisme, atau Kemajuan Demokrasi

javatimesonline
12 November 2024
Indriawan, Pemimpin Redaksi Javatimesonline.com

OPINI, JAVATIMES - Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada/Pilkada), Pemilihan Bupati Nganjuk tahun 2008 hingga 2024, selalu menjadi perhelatan politik yang sarat dengan dinamika dan euforia masyarakat serta menjadi ajang penting bagi masyarakat untuk menentukan pemimpinnya.


Selain itu, Pilkada Nganjuk yang saat ini penyelenggaraannya dilakukan secara serentak se-Indonesia (Pilkada Serentak 2024) telah menjadi panggung bagi calon pemimpin (paslon) untuk memperkenalkan visi, misi, dan program yang diusung dengan segala ambisi dan idealisme yang mereka miliki. 


Di balik itu, terdapat juga fanatisme pendukung yang sering kali membentuk dinamika sosial dan politik di tengah masyarakat.


Ketiga paslon Pilbup Nganjuk (Muhammad Muhibbin Nur- Aushaf Fajr Herdiansyah dengan nomor urut 1, Ita Triwibawati-Zuli Rantauwati nomor urut 2 dan Marhaen Djumadi-Trihandy Cahyo Saputro nomor urut 3), tentunya membawa visi besar tentang pembangunan keberlanjutan atau perubahan di daerah yang akan mereka pimpin.


Idealisme dan Ambisi Politik

Idealisme yang diusung kerap kali mencerminkan cita-cita untuk membawa kesejahteraan, keadilan, serta kemajuan bagi masyarakat.


Dalam pidato dan debat politik pertama dan kedua yang diadakan KPU Nganjuk, ketiga paslon menekankan program-program pro-rakyat, seperti peningkatan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, pertanian serta upaya pengurangan kemiskinan.


Namun, di balik idealisme tersebut, ambisi politik paslon juga tidak bisa dipungkiri. Bagi sebagian paslon, Pilbup Nganjuk mungkin bukan hanya sekadar ajang untuk mengabdi kepada masyarakat, melainkan untuk memperkuat pengaruh politik, memperluas jaringan kekuasaan.


Sementara ambisi politik tersebut akan mendorong paslon untuk mengerahkan seluruh sumber daya dan jaringan yang mereka miliki. Berbagai strategi kampanye dilancarkan, mulai dari kampanye digital, pencitraan melalui media sosial, hingga blusukan ke masyarakat. 


Bagi ketiga paslon, memenangkan Pilbup Nganjuk adalah prioritas, meskipun kadang ambisi tersebut membuat mereka terjebak dalam dinamika politik pragmatis, seperti negosiasi politik dengan partai pengusung atau kompromi dengan tokoh-tokoh lokal bahkan tidak menutup kemungkinan ada kompromi dengan para penjudi.


Dampak dari Fanatisme Pendukung Paslon

Euforia Pilbup Nganjuk tidak bisa dilepaskan dari fanatisme para pendukung, dimana sering kali terpolarisasi dalam dua kutub: mereka yang mendukung pasti akan menunjukkan loyalitasnya dan yang tidak mendukung akan memenuhi dengan kritikannya.


Fanatisme itu, akan muncul dari berbagai latar belakang, seperti kedekatan kultural, suku, agama, atau kepentingan ekonomi bahkan pendukung paslon sering kali kampanye masif di media sosial.


Narasi yang dibangun, tidak hanya berkutat pada keunggulan program paslon yang didukungnya, tetapi lebih kepada pencitraan yang memikat, sehingga menciptakan perdebatan di media sosial dan akhirnya menjadi arena "perang opini" antara kelompok pendukung paslon serta menciptakan polarisasi yang semakin dalam diantara mereka.


Dampak Negatif

Fanatisme pendukung paslon yang berlebihan akan berdampak pada pengikisan sikap kritis masyarakat. Sementara ada banyak kasus diantaranya, para pendukung fanatik akan mengenyampingkan kritik membangun (kritik yang sesungguhnya penting untuk jadi kontrol terhadap demokrasi).


Sikap berlebihan tersebut akan memunculkan fenomena politik identitas atau politik yang kurang sehat, sebab dukungan pada paslon lebih berdasarkan pada kedekatan emosional atau simbolik, daripada pada kualitas program dan kebijakan yang diusulkan paslon.


Pilbup Nganjuk juga diyakini penulis akan membawa dampak yang signifikan terhadap dinamika sosial dan politik di Kabupaten Nganjuk. 


Dimana dalam konteks masyarakat yang plural, Pilbup Nganjuk 2024, bisa memunculkan gesekan-gesekan politik yang berpotensi mengganggu kohesi sosial. 


Sebab polarisasi antara pendukung paslon dapat menimbulkan konflik horizontal di tengah masyarakat, terutama jika isu-isu sensitif seperti agama, suku, dan ras digunakan sebagai alat politik.


Simbol Kemajuan Demokrasi

Sejak dibukanya ruang partisipasi yang lebih luas bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses pemilihan calon Bupati dan Wakil Bupati Nganjuk yang pelaksanaannya dilakukan sejak 2008 lalu.


Euforia politiknya telah menciptakan antusiasme yang tinggi di kalangan masyarakat untuk terus terlibat dalam perkembangan kampanye, memberikan dukungan, hingga menggunakan hak suara mereka di bilik suara.


Bagi banyak warga, Pilbup Nganjuk bukan sekadar ajang memilih pemimpin, tetapi juga sarana untuk menyalurkan aspirasi politik mereka yang sejak 2008, bukan lagi ditangan legislatif seperti terakhir kali dilaksanakan di Kabupaten Nganjuk 2003 yang mana Siti Nurhayati sebagai Bupati dan Djaelani Iskak menjadi Wakil Bupati Nganjuk pemilihannya ditangan legislatif.


Meskipun Pilbup Nganjuk saat ini menjadi simbol kemajuan demokrasi di Indonesia, fenomena ambisi politik, idealisme paslon, serta fanatisme pendukung membawa tantangan tersendiri dalam mewujudkan demokrasi yang sehat. 


Di satu sisi, partisipasi politik yang tinggi merupakan hal positif. Namun di sisi lain, fanatisme yang berlebihan serta ambisi politik yang terkadang pragmatis dapat mengancam proses demokrasi yang adil dan transparan, apalagi hingga mendatangkan para pemain politik uang (judi politik).


Masyarakat diharapkan semakin cerdas dalam menyikapi euforia Pilbup Nganjuk. Sikap kritis, rasional, dan berfokus pada program kerja paslon harus menjadi dasar dalam menentukan pilihan, bukan sekadar didasarkan pada sentimen emosional atau identitas kelompok apalagi pengaruh pasar taruhan para pemain judi politik yang akan membawa penyesalan dikemudian hari.


Terpenting bagi semua Paslon agar tetap dapat menjaga komitmennya terhadap idealisme politik, dan tidak terjebak dalam ambisi kekuasaan semata, tapi lebih untuk menciptakan pilbup Nganjuk 2024 yang sejuk dengan menjaga nilai-nilai demokrasi demi terciptanya kesejahteraan dan kemajuan Kabupaten Nganjuk.



Penulis Indriawan 

Direktur/Pimred Javatimesonline.com