Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di Desa Barongsawahan Kecamatan Bandarkedungmulyo Kabupaten Jombang
JOMBANG, JAVATIMES -- Sejumlah wilayah di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, merupakan wilayah yang rawan kekeringan. Saat musim kemarau tiba, tidak sedikit warganya kesulitan air bersih.
Salah satu daerah yang rawan kekeringan itu adalah sebagian wilayah Kecamatan Bandarkedungmulyo.
Meski daerah tersebut dekat dengan sumber mata air, namun belum bisa memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat setempat.
Untuk itu, pemerintah berusaha memenuhi kebutuhan air masyarakat melalui program pembangunan sumur bor maupun Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas).
Dengan adanya pembangunan Pamsimas diharapkan bisa membantu masyarakat dalam mendapatkan air bersih, khususnya ketika musim kemarau tiba.
Hanya saja, pembangunan Pamsimas di Desa Barongsawahan Kecamatan Bandarkedungmulyo Kabupaten Jombang, itu sering kali mendapat cibiran masyarakat karena dinilai tidak sesuai spesifikasi teknis.
Hal itu terkait adanya informasi bahwa anggota BPD Barongsawahan berinisial MS diduga menyelewengkan sebagian anggaran untuk pembangunan Pamsimas.
Informasi itu sebagaimana disampaikan Tomas (bukan nama sebenarnya) baru-baru ini kepada Javatimes.
MS diduga kuat menyelewengkan anggaran pembangunan Pamsimas, bahkan hingga saat ini material untuk pembangunan tersebut masih menyisakan tunggakan (hutang ke toko bangunan) yang lebih dari Rp 37 juta, ucap Tomas.
Dugaan anggaran yang besar namun bangunan dan material yang dipakai jauh di bawah spesifikasi hingga terlihat kerusakan terjadi di beberapa bagian, salah satunya lantai atau plat beton atas sebagai lantai tandon air.
Tampak di bagian ini, sudah terkelupas di sejumlah titik. Sementara di bagian lain, tampak terdapat retak retak ujar tomas
Lebih lanjut, proyek tersebut dibiayai dari 4 sumber dana, diantaranya APBD sebesar Rp 250 juta, APBDes Rp 40,140,000, incash Rp 14,3 juta, dan inkind Rp 57,147,500 juta. Pengerjaan proyek tersebut diduga dikerjakan asal-asalan.
Jika ditotal, sudah Rp 361 juta lebih. Kan sayang kalau bangunan tersebut tidak bertahan lama, Selain itu, proyek yang bernilai ratusan juta tersebut hanya menggunakan pipa paralon atau PVC, beber Tomas.
Pipa yang dimaksud adalah pipa yang masuk ke dalam tanah. Lokasinya berada di sisi kiri bangunan Pamsimas III tersebut.
Penyaluran untuk Pamsimas hanya 11 orang, sangat mubadzir asas manfaatnya tidak ada sama sekali, jika pipa yang masuk ke dalam tanah itu hanya memiliki kekuatan terbatas. Mengingat, kedalaman pengeboran air bawah tanah mencapai 100 meter. Berbeda jika pipa tersebut menggunakan pipa besi yang khusus digunakan sebagai infrastruktur penyuplai air, beber Tomas.
Beda cerita kalau menggunakan pipa besi, bisa awet dan tahan lama. Kalau itu kan pakai pipa PVC, bisa-bisa nggak tahan lama. Padahal anggarannya sangat besar lho. Untuk kedalaman pengeboran waktu itu, yang saya tau sedalam 100 meter, imbuh Tomas.
Di tempat terpisah, Warlok bukan nama sebenarnya juga menceritakan hal yang sama. Warlok mengetahui jika salah satu anggota BPD yaitu MS terlibat dalam pengerjaan Pamsimas tersebut.
Yang saya tahu, BPD ini tugasnya mengawasi jalannya pemerintahan desa. Kalau anggota BPD saja ikut terlibat dalam pembangunan, terus siapa yang mengawasi. Bukankah ini sarat akan KKN. Apalagi ini bangunannya sudah rusak, papar Warlok yang tinggal di sekitar lokasi bangunan.
Sementara MS yang dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, hingga berita ini ditayangkan belum juga memberikan jawaban.
(Gading)