SMPN 2 Nganjuk Ingin Cetak Pelajar Pancasila Dimulai dari MPLS -->

Javatimes

SMPN 2 Nganjuk Ingin Cetak Pelajar Pancasila Dimulai dari MPLS

javatimesonline
24 Juni 2024
SMPN 2 Nganjuk 

NGANJUK, JAVATIMES - Menghadapi tantangan global di dunia pendidikan, tingkat satuan pendidikan dituntut dapat memandu kebijakan untuk mampu mengembangkan karakter dan kompetensi peserta didik.


Sementara pada kurikulum merdeka, profil pelajar Pancasila sebagai perwujudan pelajar Indonesia yang memiliki kompetensi global dan berprilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.


Hal ini sebagaimana yang disampaikan kepala SMPN 2 Nganjuk Ani Sutiani atas kurikulum tersebut mengatakan, kurikulum merdeka membuat semua satuan pendidikan tertantang untuk meningkatkan kompetensi lulusan yang mencerminkan kualitas generasi yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan cita-cita para pendiri bangsa.

Dengan kurikulum merdeka ini, profil Pelajar Pancasila dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan Indonesia. Dan otomatis kami sebagai pendidik dituntut untuk membangun karakter anak diruang belajar yang lebih kecil, katanya.


Profil Pelajar Pancasila SMPN 2 Nganjuk 

Adapun penjabaran profil Pancasila yang harus diwujudkan oleh pelajar Indonesia pada umumnya dan pada khususnya SMPN 2 Nganjuk, meliputi enam ciri utama, yakni (1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, (2) bar kebhinekaan global, (3) bergotong royong, (4) mandiri, (5) bernalar kritis, dan (6) kreatif.


1. Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia

Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia adalah pelajar yang memiliki karakter beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia artinya Pelajar Pancasila yang beragama dan berakhlak mulia sesuai dengan nilai-nilai agama dan norma kehidupan. Adapun elemen profil Pelajar Pancasila ini, yaitu akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak bernegara, dan akhlak kepada alam.


2. Berkebhinekaan Global 

Berkebhinekaan Global artinya menjadi pelajar yang dapat mempertahankan kebudayaan leluhur, lokalitas, dan identitasnya di tengah era globalisasi saat ini. Contohnya para pelajar SMPN 2 Nganjuk  dituntut untuk melakukan kegiatan (permainan) dengan mengadopsi budaya lokal, sehingga pelajar SMPN 2 dapat memiliki sikap saling menghargai dan memungkinkan adanya budaya baru yang positif tanpa bertentangan budaya leluhur bangsa.


3. Gotong Royong

Gotong royong merupakan salah satu sifat atau karakter bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, pelajar SMPN 2 Nganjuk harus memiliki karakter gotong royong. Dengan memiliki karakter tersebut, diharap para pelajar SMPN 2 bisa bersama-sama dengan sukarela mengerjakan kegiatan yang bersifat sosial untuk mencapai tujuan bersama.


Gotong royong membuat suatu pekerjaan jadi lebih mudah, seperti kata pepatah, ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Elemen dari gotong royong, yaitu kepedulian, kolaborasi, dan berbagi.


4. Bernalar Kritis

Untuk menghadapi era globalisasi, setiap anak harus memiliki kemampuan bernalar kritis yang baik. Bernalar kritis artinya kemampuan berpikir secara objektif untuk memproses informasi baik kualitatif atau kuantitatif, menganalisis informasi, mengevaluasi, serta menyimpulkannya. Elemen dari bernalar kritis, yaitu memperoleh informasi dan gagasan, analisis dan evaluasi nalar, refleksi pemikiran dan proses berpikir, serta pengambilan keputusan.

Ani Sutiani Kepala SMPN 2 Nganjuk

5. Mandiri

Mandiri artinya pelajar SMPN 2 Nganjuk harus mempunyai jiwa yang bisa bertanggung jawab atas perilaku serta hasil belajarnya sendiri. Elemen mandiri mencakup sadar terhadap diri serta situasi yang dihadapi serta regulasi diri.


6. Kreatif

Pelajar SMPN 2 Nganjuk, harus memiliki kemampuan kreativitas yang tinggi. Yang artinya pelajar harus mampu memodifikasi serta menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, original, serta berdampak baik. Elemen dari kreatif, yaitu mampu menghasilkan gagasan, karya, dan tindakan yang original.

Dari semua itu, SMPN 2 Nganjuk ingin mencetak pelajar Pancasila dimulai dari masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), urai Ani Sutiani Kepala SMPN 2 Nganjuk pada Javatimes.


Ani Sutiani juga mengatakan, SMPN 2 Nganjuk sebagai pelajar Pancasila di era modern, mewajibkan peserta didik dan pendidik untuk melakukan pembelajaran berbasis digital yang memiliki banyak tantangan untuk tercapainya sebuah tujuan Pendidikan, dimana Pendidikan sangat melibatkan sebuah aspek dengan menerapkan 4C dalam konsep pembelajarannya.

Kami menerapkan 4C dalam pembelajaran yakni Critical thinking and problem solving, Creativity and innovation, Collaboration, Communication, tambahnya.


Penerapan 4C di SMPN 2 Nganjuk:

1. Critical Thinking and Problem Solving 

Critical Thinking and Problem Solving adalah sebuah pola pikir untuk mengetahui bagaimana konsekuensi pelajar SMPN 2 Nganjuk terhadap apa yang diketahuinya. 


Ini dimaksud untuk mengetahui kemampuan para pelajar SMPN 2 Nganjuk, yang memiliki kemampuan berpikir agar dapat memanfaatkan informasi yang diterima sebagai metode penyelesaian sebuah masalah.


2. Creativity and Innovation 

Creativity and Innovation adalah pelajar SMPN 2 Nganjuk diajarkan untuk berfikir dan melakukan hal yang baru. Untuk bisa inovatif, ia harus kreatif. Kreativitas terbatas pada “berpikir”, inovasi sudah sampai pada taraf “bertindak”. Kreativitas adalah keterampilan, inovasi adalah proses.


3. Collaboration

Collaboration atau kolaborasi adalah adanya pola dan bentuk hubungan yang dilakukan antar individu ataupun organisasi sekolah (intra maupun ekstra) yang berkeinginan untuk saling berbagi, saling berpartisipasi secara penuh, dan saling menyetujui atau bersepakat untuk melakukan tindakan bersama dengan cara berbagi informasi, berbagi sumber daya, berbagi pekerjaan dan sebagainya.


4. Communication 

Communication atau komunikasi merupakan proses pertukaran dan pemahaman informasi antara pelajar SMPN 2 Nganjuk atau dengan pelajar sekolah lainnya. Proses ini melibatkan pengirim pesan, penerima pesan, dan saluran komunikasi.

Untuk ketersediaan tenaga pendidik kami sudah siap, bahkan sistim pembelajaran mandiri tentang bagaimana cara peserta didik untuk memahami berbagai aspek ilmu wawasan yang cocok dan aspek keterampilan yang dikuasai oleh peserta didik, dibimbing langsung oleh tenaga pendidik, pungkasnya. 



(Ind)