Lestarikan Kearifan Lokal, RSD Kertosono Ikut Meriahkan Prosesi Boyong Natapraja ke-144 -->

Javatimes

Lestarikan Kearifan Lokal, RSD Kertosono Ikut Meriahkan Prosesi Boyong Natapraja ke-144

javatimesonline
07 Juni 2024

Direktur RSD Kertosono dan istri saat mengikuti prosesi Boyongan Natapraja

NGANJUK, JAVATIMES -- Guna mengingat dan mengenang kejayaan Kabupaten Nganjuk, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nganjuk menggelar tradisi boyongan dan sedekah bumi. 


Pelestarian prosesi boyongan ini juga diharapkan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi warga, khususnya yang selalu melestarikan dan mengembangkan obyek wisata di Kabupaten Nganjuk. 


Prosesi boyongan digelar dalam rangka memperingati hari perpindahan pemerintahaan yang saat ini sudah menginjak usia ke-144 tahun. Prosesi itu dinamakan Boyong Natapraja.


Acara tersebut dibuka langsung oleh Penjabat (Pj) Bupati Nganjuk Sri Handoko Taruna, berangkat dari Alun-alun Berbek menuju Pendapa Kabupaten Nganjuk, yang saat ini berubah nama menjadi Pendapa K.R.T Sosro Koesoemo pada Kamis (6/6/2024).


Selain diikuti Forkopimda, prosesi boyongan juga diikuti organisasi perangkat daerah (OPD) se-Kabupaten Nganjuk. Tidak terkecuali Rumah Sakit Daerah Kertosono. 

Prosesi Boyongan Natapraja Kabupaten Nganjuk 

Dalam prosesi itu, Rumah Sakit Daerah (RSD) Kertosono mengirimkan sebanyak 57 personel. Peran masing-masing personel pun beragam. Ada yang membawa pataka, payung mutho hingga tombak.


Meski peran masing-masing berbeda, namun mereka memakai kostum yang seragam, yakni batik lurik khas Nganjuk. 


Tak kalah heboh dengan personel yang lain, sang Direktur RSD Kertosono pun juga ikut tampil nyentrik dalam prosesi Boyong Natapraja tersebut. Ia mengendarai mobil antik dengan penampilan yang cukup menarik perhatian masyarakat.


Tidak ketinggalan, tim kesehatan RSD Kertosono pun turut diterjunkan di sepanjang jalan yang dilalui peserta Boyong Natapraja. Mereka bersiaga untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta maupun masyarakat yang menikmati gelaran Boyong Natapraja tersebut.


Sehingga boyong dan sedekah bumi itu dapat berjalan lancar.

Selain itu juga menjadi wisata budaya yang memiliki daya tarik, baik di wilayah regional maupun nasional, tutur Direktur RSD Kertosono.




(AWA)