Dokter hewan Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk saat meninjau kandang sapi di Desa Suru
NGANJUK, JAVATIMES -- Akhir-akhir ini Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, digegerkan dengan fenomena kematian sapi mendadak.
Berdasarkan informasi yang diterima kontributor Javatimes, sedikitnya ada 44 sapi yang dilaporkan mati secara mendadak selama kurun waktu satu bulan terakhir.
Atas kondisi itu, Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk langsung terjun ke lapangan untuk mencari penyebab kematian sapi tersebut.
1. Terindikasi Keracunan
Hasilnya, kematian sapi tersebut terindikasi karena keracunan. Hal itu sebagaimana disampaikan dokter hewan dari Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk, Nurisna Solihatin.
Dari sampel kandang yang kita datangi, kita investigasi, kita amati, kemudian kita wawancara, kemungkinan dengan kejadian yang sangat cepat, rentang waktu dari yang awalnya kondisi baik-baik saja, sehat, mau makan minum normal, kemudian ada gejala kejang, terus kemudian inkoordinasi gerak, kemungkinan diagnosanya mengarah ke intoksikasi atau keracunan, ungkap drh. Nurisna, Senin (22/4/2024) siang.
Saat ditanya apakah penyebab kematian berasal dari obat pertanian? Nurisna menyatakan ada indikasi lain yang menyebabkan kematian sapi secara mendadak.
Kalau racun ini kemungkinan bukan hanya dari makanan, tapi makanan yang sudah diberi tambahan bahan kimia yang merupakan kategori racun. Karena dua-duanya dari kandang (yang didatangi) ini tadi, makanan yang diberikan kepada sapi adalah dari rumput yang mereka tanam di tanah sendiri, di ladangnya sendiri, urai Nurisna.
Jadi kemungkinan, kalau misalnya itu dari obat di sawah kayak gitu, pupuk atau yang sebagainya, saya rasa bukan. Karena kan petani pasti memberikan setiap harinya juga itu. Kalau misalkan memang dari sawah ya kemungkinan sudah dari dulu-dulu, tapi ini kan baru, dengan makan yang sama, ngambil yang sama, terus baru kejadian dengan rentang waktu yang cepat. Kemungkinan memang ada yang memberikan, seperti itu, imbuh Nurisna.
2. Belum Ambil Sampel
Lebih jauh, saat ditanya soal sampel yang diambil oleh pihaknya? Nurisna menyatakan belum melakukannnya. Karena rentang waktu kejadian sudah berlangsung lama.
Untuk sampel, hari ini kita belum bisa mengambil sampel. Karena kejadiannnya rentangnya sudah terlalu jauh. Dan pakan yang kemarin dimakan oleh sapi yang mati itu sudah tidak ada, sudah dibersihkan semuanya, timpal Nurisna.
3. Racun Cenderung Ganas
Nurisna menjelaskan, racun yang beredar saat ini cenderung ganas dan mematikan.
Jenis racun sekarang itu variatif sekali. Rata-rata racun yang beredar itu sangat ganas, bapak. Ketika racun ini masuk ke dalam tubuh, dia biasanya kurang dari 4 jam racun sudah sampai ke jantung, kemudian mengalami henti jantung, otomatis sapi kejang kemudian mati, kata Nurisna.
4. Bisa Dinetralisir
Meski ganas dan mematikan, Nurisna menyampaikan bahwa hewan ternak yang terserang racun dapat dinetralisir dengan air kelapa
Misalkan sudah ada gejala tanda-tanda keracuna, ya kita berusaha segera untuk menetralkan. Nah penetralnya ini kalau di desa bisa pakai alternatif digelonggong sama air kelapa, istilahnya herbalnya yang perlu diberikan, pungkasnya.
(AWA)