Genjot Swasembada Gula, Ini Strategi Disperta Jombang -->

Javatimes

Genjot Swasembada Gula, Ini Strategi Disperta Jombang

javatimesonline
11 April 2024

Petani tebu di Kabupaten Jombang saat memanen hasil perkebunannya

JOMBANG, JAVATIMES -- Dalam rangka pencapaian swasembada gula konsumsi, Dinas Pertanian (Disperta) Kabupaten Jombang telah mengalokasikan kegiatan yang bersifat meningkatkan produksi tebu. Diantaranya program bongkar ratoon seluas 300 ha dan rawat ratoon seluas 600 ha dengan paket bantuan sarana produksi. Seperti pupuk majemuk, pupuk organik dan obat obatan. 


Pemkab Jombang melalui Disperta setempat telah menggelontorkan paket bantuan untuk kegiatan bongkar ratoon antara lain : pupuk majemuk 500 kg/ha, pupuk organik 15 liter/ha, obat obatan 5 liter/ha dan biaya rawat ratoon 25 hok/ha dengan penerima berasal dari program KBD (Kebun Benih Datar) di Tahun 2021 sehingga berkelanjutan. Adapun untuk paket bantuan kegiatan rawat ratoon antara lain : pupuk majemuk 500 kg/ha, pupuk organik 15 liter/ha, obat obatan 5 liter/ha dan biaya rawat ratoon 22 HOK/ha.


Menurut Kadisperta Jombang, M. Roni, paket bantuan tersebut semata salah satu upaya Pemkab Jombang dalam meningkatkan produksi tebu dan gula. Hal ini mengingat potensi tebu biasanya di atas 100.000 ton/hektar sampai 120.000 ton/hektar dengan rendemen di atas 8 %.  Ke depan Disperta Jombang akan memperkuat kemitraan antara petani dan industri. Mulai dari kegiatan on farm sampai off farm.


Selain itu upaya pembinaan kelompok tani tebu dan membangun jaringan antar KPTR dan Pabrik Gula akan lebih ditingkatkan. Sehingga terbangun sistem yang bersifat menguntungkan satu sama lain.

Lahan tebu di Kabupaten Jombang 

Berbagai cara akan terus dilakukan Pemkab Jombang untuk meningkatkan produktifitas gula nasional. Salah satunya melalui kemitraan antara petani tebu dengan perusahaan industri atau pabrik gula (PG). Sekaligus tindak lanjut harapan pemerintah yang tidak ingin di saat produktifitas dan rendemen tinggi, justru mengalami masalah pada saat pengolahannya. Begitu juga sebaliknya, ketika industri mengharapkan bahan baku yang bermutu dan banyak, tidak terkendala dengan bahan bakunya, urai M. Roni.


M. Roni menambahkan, dari sisi hulu, Disperta Jombang akan terus mendorong optimalisasi areal perkebunan untuk menghasilkan produksi tinggi dan bagus. Sementara di hilir, industri juga harus membeli tebu petani dengan harga yang bagus atau pantas. Sehingga bisa menghasilkan gula yang bagus pula. 


Dengan demikian, untuk memperkuat kemitraan antara kelompok tani dengan perusahaan, diharapkan adanya sinergisitas antara pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan dan Perindustrian serta Stakeholder lain. Tentunya dengan harapan para petani tebu pada saat menjual hasil panen ke PG dengan mutu yang baik. Maka imbasnya akan mendapatkan harga wajar atau sesuai.

Sama halnya dengan industri gula (PG) disaat membutuhkan bahan baku, industri akan mendapatkan bahan baku yang baik, terutama dari perkebunan di sekitar PG. Tidak lain tujuannya agar biaya pengiriman bisa lebih kompetitif dibandingkan dengan bahan baku impor. Hal tersebut sesuai dengan visi dan misi pemerintah untuk lebih mendorong bahan baku yang berasal dari para petani di dalam negeri, pungkasnya.




(Gading)