Sejumlah Orang Tua di Nganjuk Takut Ikuti Imunisasi Pasca Anaknya Muntah dan Berak Selama Dua Hari -->

Javatimes

Sejumlah Orang Tua di Nganjuk Takut Ikuti Imunisasi Pasca Anaknya Muntah dan Berak Selama Dua Hari

javatimesonline
22 Februari 2024

Pasutri Citra dan Sidiq saat menggendong Anak Sidiq

NGANJUK, JAVATIMES -- Kasus balita (bayi di bawah lima tahun) muntah dan diare setelah mengikuti imunisasi Sub Pekan Imunisasi Nasional (Sub PIN) Polio membuat sejumlah orangtua panik dan ketakutan.


Apalagi kondisi itu tidak hanya dialami pada satu korban, melainkan sejumlah balita. Bahkan untuk proses penyembuhannnya pun membutuhkan waktu hingga dua hari.


Diketahui insiden itu terjadi di Kelurahan Kramat, Kecamatan/Kabupaten Nganjuk, pada Senin (19/2/2024) kemarin.


Diceritakan pasangan suami-istri Citra (26) dan Sidiq (29), peristiwa tak mengenakkan yang dialami anaknya bernama Anak Sidiq bermula saat diberikannnya vitamin oleh kader dan Sub-PIN Polio oleh bidan setempat.

Setelah mengikuti imunisasi (Sub-PIN Polio di Polindes Kelurahan Kramat) pada pagi hari, malamnya sekitar pukul 02.00 WIB anak kami mengalami muntah-muntah, beber orang tua anak Sidiq, Rabu (21/2/2024).


Diakui Citra dan Sidiq, kejadian itu terus berulang hingga memasuki hari kedua pasca pemberian vitamin dan Sub-PIN Polio.

Jika dihitung mungkin lebih dari 10 kali muntahnya. Pokoknya setelah makan dan minum, anak kami selalu muntah hasil yang dimakan dan diminumnya. Kadang juga disertai diare, aku Citra dan Sidiq.

 

Atas kondisi itu membuat kedua orang tua Anak Sidiq trauma untuk mengikutsertakan kembali di kegiatan serupa.

Kami jadi takut dan was-was. Apalagi sejak awal anak kami ikut imunisasi tidak sekalipun diberikan informasi secara detail terkait kegiatan yang akan diikuti anak kami, kata Citra.

 

Kalau pun gejala yang dialami anak kami wajar, setidaknya bisa diinformasikan diawal, sehingga kami tidak terlalu khawatir. Kalau seperti ini kan kami jadi trauma, jadi tidak percaya kepada bidan desa, tambah Citra.


Apalagi, kata Citra, pada imunisasi sebelumnya ada kejadian yang mengerikan. Termasuk di antaranya jarum suntik yang bengkok. Akibat peristiwa itu, anak yang menjadi korban jarum suntik bengkok mengalami memar dan bengkak.

Itu terjadi pada anak saya juga. Kejadiannya beberapa waktu lalu. Kami juga melihat ada peralatan dan bahan yang digunakan kurang steril. Contohnya penggunaan alkohol bekas celupan kain kasa masih digunakan, semestinya itu bisa diganti bahan yang menyerupai tisu basah. Kemudian penggunaan handscoon (sarung tangan medis) yang tidak pernah diganti. Kami rasa itu perlu ada perhatian dari semuanya, beber Citra yang mengaku lulusan perawat.


Kondisi serupa juga dialami Cucu Sumiatun. Bahkan Cucu Sumiatun mengalami kondisi yang lebih parah. 


Balita yang saat ini berusia 22 bulan itu mengalami muntah setiap 30 menit sekali dan sesekali disertai diare. Bahkan akibat kondisi itu, keluarganya sempat membawa Cucu Sumiatun ke dua bidan di desa setempat hingga ke rumah sakit (RS).


Hanya saja karena RS saat itu penuh, maka Cucu Sumiatun terpaksa dibawa pulang kembali.

Saya bawa ke Bu Bidan yang memberikan Sub-PIN Polio, katanya masuk angin. Kemudian cucu saya diberi obat. Tapi obat itu tidak ada respon, kata Mbah Sumiatun selaku nenek dari Cucu Sumiatun.


Karena obatnya tidak ada respon, kemudian saya bawa ke bidan lainnya. Dari situ kami diarahkan ke rumah sakit. Tapi saat itu dua rumah sakit penuh, akhirnya kami kembali ke rumah. Dan tadi (kemarin) saya bawa ke dokter, alhamdulillah kondisinya sudah mulai membaik, tambahnya.


Diakui Mbah Sumiatun, kondisi serupa juga banyak terjadi pada balita yang diikutsertakan imunisasi di Polindes Kelurahan Kramat. 

Ada laporan bahwa ada enam balita yang juga mengalami hal yang sama. Semua balita muntah-muntah, kadang juga diare, kata Mbah Sumiatun.


Mbah Sumiatun memastikan bahwa sebelum menjalani imunisasi polio, balita-balita itu sehat. 

Semuanya awalnya sehat, tidak ada yang sakit, termasuk cucu saya. Tapi setelah imunisasi, kira-kira mulai pukul 12 malam baru muntah-muntah disertai diare, kata Mbah Sumiatun.


Merespon hal itu, bidan desa setempat yang dinarasikan bernama Bu Dwi saat dikonfirmasi di tempat kerjanya menyatakan agar apa yang dilakukannnya pada imunisasi beberapa waktu lalu dapat ditanyakan pada pimpinannya yakni Kepala Puskesmas Kecamatan Nganjuk. 

Saya gak bisa (menjawab), maaf. Besok saja, biar ada pimpinan, soalnya kita bawahan. Besok saja, besok saja sekalian, mohon maaf saya hari ini mau istirahat dulu, karena nanti juga ada acara, alibinya, Rabu (21/2/2024).



(AWA)