Sebelum Pernikahan, Calon Pengantin Gelar Ritual Mapacci di Kabupaten Nganjuk -->

Javatimes

Sebelum Pernikahan, Calon Pengantin Gelar Ritual Mapacci di Kabupaten Nganjuk

javatimesonline
26 November 2023
Calon mempelai bersama orang tua saat menggelar ritual Mapacci sebelum melangsungkan pernikahan 

NGANJUK, JAVATIMES - Romario Nurdin Hutomo Negara dan Gea Mulyono Ramadhani Putri anak sulung dan anak bungsu dari KRT Nurwadi Nurdin Rekso Hadinagoro Kepala LBH Marhaenis, menjalani ritual Mappacci (adat Bugis = mensucikan) sebelum melangsungkan pernikahan pada Minggu, (27/11/2023) di kediamannya, Jalan Kampung Dalem Desa Kecubung Kecamatan Pace Kabupaten Nganjuk.


Sementara ritual mappacci sendiri adalah salah satu rangkaian adat pernikahan bagi masyarakat Bugis yang bertujuan tolak bala dan membersihkan calon pengantin lahir batin menghadapi hari esok serta pemberian daun pacci/daun pacar, gula merah dan kelapa ke calon mempelai sebagai bentuk restu.


Pemberian daun pacci pada calon pengantin dimulai dari Hj Nurbaya dan Hj Saenab adik dan kakak dari KRT Nurwadi selanjutnya Hj Murni Mori dan H Ahmad Akbar kakak sepupu dari ayahanda calon pengantin, seterusnya, Khaerayani Nur dan Amraeni Nurdin adik dari KRT Nurwadi, H Muhtaji dan Udi paman serta kakak calon pengantin lalu Marsudi bersama istri, sepupu dari KRT Nurwadi.


Selanjutnya Marsudi Sinduwinoto bersama istri adik sepupu KRT Nurwadi, Henny Purwaningtias dan Nini Winarni sepupu KRT Nurwadi, Dewa dan Ikbal adik sepupu dari calon pengantin hingga satu persatu rombongan keluarga besar dari KRT Nurwadi yang datang langsung dari Bugis memberikan daun pacci pada calon pengantin.

Calon mempelai bersama orang tua masing-masing usai menggelar ritual Mapacci 

Dalam upacara adat mappaci yang dilangsungkan pada malam sebelum hari pernikahan Romario Nurdin Hutomo Negara dan Gea Mulyono Ramadhani Putri adalah putra dan putri dari KRT Nurwadi Nurdin Rekso Hadinagoro bersama Etty Aminingsih dengan Karenina Jihan Haniffah adalah putri dari Dasuki bersama Sri Purniawati dan Ahmad Muchlis Sidiq adalah putra dari Sakkareng bersama Sukarti, menggunakan perangkat yang memiliki makna khusus bagi masyarakat Bugis.


Dimulai dari daun pacci (daun pacar) dimana sebelum digunakan, terlebih dahulu dihaluskan untuk kemudian digunakan mewarnai kuku. Pacci memberikan warna merah terang pada kuku, tidak mudah memudar dan butuh waktu lama menghilangkan warnanya. 


Makna dalam masyarakat Bugis adalah sebuah harapan agar kiranya pernikahan yang akan dilangsungkan dapat langgeng, menyatu antara keduanya hingga ajal memisahkan laksana pacci yang tidak mudah luntur.


Selanjutnya bantal, bahasa bugis dinamakan angkalungung yang bermakna kehormatan istilah Bugis mappakalebbi karena bantal adalah alas dari kepala, sementara diatas bantal tersusun tujuh helai baju adat Bugis (baju bodo) yang bermakna sebagai harga diri sedangkan angka tujuh senada dengan kata “tuju” atau “mattujui”  yang artinya berguna dan bermanfaat.

Keluarga besar mempelai saat berfoto bersama

Diatas baju bodo ada daun pisang disimbolkan sebagai kehidupan berkesinambungan, ini dilihat dari daun pisang akan kuncup sebelum mengering, dalam istilah bugis maccolli maddaung yang diharapkan pengantin besuk mendapat keturunan yang soleh, solehah


Lainnya ada taburan benno pada calon pengantin yang menyiratkan harapan agar pasangan pengantin nanti dapat hidup mandiri, atau dalam istilah bugis “mponno rialei lalu ada lilin yang ditancapkan pada beras dan diletakkan dihadapan calon pengantin yakni dipercaya dalam kehidupannya nanti akan menjadi penerang atau sulo mattappa, bermakna teladan, diharapkan dapat menjadi panutan bagi keluarga dan masyarakat.


Berikutnya sembilan helai daun nangka diletakkan di atas daun pisang. Sebagaimana masyarakat bugis menyebutnya “panasa”, dikaitkan dengan kata “minasa” yang berarti harapan dan cita-cita yang luhur. 


Dalam istilah bugis “mamminasa ri deceng e”. Adapun Sembilan helai daun nangka yang menandakan angka tertingi. Hal ini menyiratkan harapan calon mempelai memiliki semangat hidup yang tinggi dalam menjalani kehidupan rumah tangga.


Semua pernak pernik dalam ritual mappacci ini tidak lain adalah sebagai simbol dari rasa ikhlas dan kesucian hati dalam mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga, dengan harapan doa, sikap jujur akan selalu menyertai para calon pengantin. 

KRT Nurwadi Rekso Hadinagoro, orang tua mempelai wanita saat akan melepas dan memberikan pesan kepada putrinya

Dimana dalam pepatah bugis mengatakan “duami kuala sappo, unganna panasae, belo kanukue” . Unganna panasae adalah lempu yang dikaitkan dengan “lempue” atau kejujuran. Belo kanukue adalah pacci yang senada dengan kata “paccing” yang berarti bersih/ suci. Bahwa dalam mengarungi kehidupan tidak boleh terlepas dari kejujuran dan kesucian hati.


Ritual mappacci ditutup dengan pemberian daun pacci oleh kedua orang tua dari Romario Nurdin Hutomo Negara dan Gea Mulyono Ramadhani Putri dengan memberikan doa restunya.

Bapak, terima Kasih atas segala kerasmu, Kerasnya usahamu mendidikku, kerasnya doamu untukku. Satu hal yang menjadi tantangan bagiku. Bisakah aku menjadi bapak yang hebat sepertimu ? Doakan aku, pinta Romario Nurdin Hutomo Negara


Sementara adiknya Gea Mulyono Ramadhani Putri juga berharap pada kedua orang tuanya.

Kepada ibu dan bapak, terimakasih telah mengantarkan Gea hingga pintu gerbang mahligai rumah tangga. Terimakasih atas segala nasihat dan doa yang dipanjatkan dan ridho yang selalu diberikan kepada Gea. Walaupun Gea tahu, tidak akan ada jasa dan kebaikan yang mampu Gea balas. Semua begitu banyak dan begitu tulus yang ibu bapak berikan. Untuk itu izinkan Gea mengungkapkan terima kasih yang setulus-tulusnya. Gea harap ibu bapak berkenan menerima permohonan maaf atas segala kesalahan yang mungkin membuat ibu bapak sedih, kesal, marah dan kecewa, ungkap Gea.


Ditempat yang sama KRT Nurwadi Nurdin Rekso Hadinagoro orang tua Romario dan Gea juga berharap pada kedua anaknya.

Romario, kamu harus mampu menjadi laki-laki yang bertanggung jawab dan imam dari istrimu Karenina Jihan Haniffah. Untuk Gea jadilah istri yang taat dan bisa menyenangkan suami, menyenangkan keluarga Ahmad Muchlis Sidiq, ungkap KRT Nurwadi yang diamini istrinya Etty Aminingsih beserta keluarga besar dari Bugis.




 (Ind).