Kepala Dinas Pertanian Nganjuk Diduga Melakukan Pembiaran dan Alergi Jurnalis -->

Javatimes

Kepala Dinas Pertanian Nganjuk Diduga Melakukan Pembiaran dan Alergi Jurnalis

javatimesonline
26 September 2023

Muslim Harsoyo, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk

NGANJUK, DJAVATIMES -- Beberapa waktu lalu kelompok tani 'Syang Hyang Sri' yang berdiri di Dusun Jati, Desa Blongko, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, dikabarkan bermasalah.


Selain ketua kelompok tani yang merangkap jabatan sebagai perangkat desa setempat, juga banyak bantuan alat mesin pertanian (Alsintan) dari pemerintah yang diduga lenyap.


Menurut keterangan beberapa anggota kelompok tani, setidaknya terdapat empat Alsintan yang diduga raib akibat ulah ketua kelompok tani mereka.

Alsintan yang menghilang secara tiba-tiba dantaranya pompa air, selep padi, selep jagung, dan traktor, ungkap anggota kelompok tani, sebut saja Pak Aeng (bukan nama sebenarnya) pada Selasa (12/9/2023).


Alsintan itu, dugaan Pak Aeng telah dijual oleh ketua kelompok tani demi menuruti hasrat pribadinya.

Ya mungkin dijual, ya. Untuk menuruti nafsunya, duga Pak Aeng bersama dengan anggota kelompok tani yang lain.


Merespon pernyataan Pak Aeng dan anggota kelompok tani yang lain, ketua kelompok tani 'Syang Hyang Sri' berinisial T pun angkat bicara. Ia membantah dugaan yang dituduhkan kepadanya.


Terlebih dia mampu menunjukkan bantuan Alsintan yang diberikan pemerintah. Hanya saja jumlahnya berkurang satu dan itu pun baru bisa ditunjukkannya pasca warga beramai-ramai bersuara melalui media sosial.


Berkurangnya bantuan berupa mesin pompa air itu, kata T lantaran oknum BPP berinisial Lmj meminta jatah padanya.

(Bantuan alsintan berupa mesin pompa air) itu benar (ada), tapi dulu sebelum mendapatkan bantuan traktor. (Akhirnya) pompa air itu diuangkan, istilahnya gandengan proposal untuk menebus bantuan traktor. Waktu itu juga sudah menyampaikan ke sebagian kecil, bukan ke semua kelompok tani, urai T yang juga mengaku sebagai perangkat desa setempat pada Selasa (12/9/2023) sore.


Jadi tidak semua yang tahu, karena waktu itu tidak bisa mengondisikan dan menyelesaikan. Akhirnya (mesin pompa air tersebut diberikan kepada oknum BPP untuk) dibuat ambil traktor, sambung T.


Soal tebusan itu, kata T menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan bantuan berupa traktor.

Itu dulu BPPnya (inisial) namanya Lmj, yang dari dinas waktu itu. Sebenarnya semua itu bantuan, ya cuma kelompok (tani) harus siap seperti itu, istilahnya uang sangu lah, uang bensin atau uang apa gitu, ujarnya.


Waktu itu saya juga kurang paham, yang penting dapat bantuan, bisa segera digunakan, daripada pompa air nganggur, sambung T.


Pemberian itu, kata T, terjadi pada tahun 2010 lalu. 

Itu dulu, mungkin tahun 2010. Kalau diuangkan sekitar Rp 1,1 juta, beber T.


Itu Pak Lmj BPPnya (yang menerima pompa air), saya gak tahu dijual ke siapa, sambung T. 


Merespon pengakuan ketua kelompok tani di Desa Blongko, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk Muslim Harsoyo yang dikonfirmasi usai acara pisah sambut Pj Bupati sempat meresponnya.


Hanya saja, responnya terkesan melakukan pembiaran terhadap oknum-oknum yang justru dianggap merugikan pihak dinas pertanian.

Itu sudah 10 tahun yang lalu. Saya tidak tahu (kebenarannya). Orangnya sudah meninggal. Kenapa diurus gitu, cetus Muslim pada Senin (25/9/2023) malam.


Sementara itu, menyoal tiga Alsintan yang ditunjukkan oleh ketua kelompok tani kepada masyarakat dan Dinas Pertanian, Muslim mengklaim bahwa jenis, tipe, dan warna dari produk tersebut sesuai dengan bantuan yang diberikan pemerintah.

Sudah dilihat tim saya, iya (merk, jenis, dan warna bantuannya) sama, tuturnya.


Lebih jauh, saat ditanya yang kedua kalinya, Muslim memberikan pengakuan yang tampak ragu-ragu. Dia tidak tahu pasti apakah warnanya sama, hanya saja berdasarkan informasi yang diterimanya sama.

Ya saya tidak tahu (kepastiannya, yang ngecek anak buah saya. (Menurut anak buah saya), iya (bantuannya sama), dalihnya.


Selain itu, Muslim juga mengungkapkan bahwa dirinya tidak mau ditemui awak media di meja kantornya. Bukan karena sibuk, bukan pula karena sedang tidak ada di kantor, melainkan malas jika bertemu awak media.

Tidak usah (ketemu saya). Saya malas, pungkasnya.


Lain halnya dengan pengakuan Muslim, anggota kelompol tani yang kembali dikonfirmasi soal bantuan Alsintan tersebut, mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan antara bantuan yang didapat diawal dengan barang yang ditunjukkan akhir-akhir ini.

Dari warnanya saja sudah berbeda dengan bantuan yang diterima di awal, ini seakan memperjelas bahwa ada dugaan kongkalikong antara Dinas Pertanian dan Ketua Kelompok Tani, apalagi hingga sekarang belum ada perubahan kepengurusan dan penggantian barang yang raib tersebut, pungkas Pak Aeng pada Selasa (26/9/2023).




(AWA)